Perut terasa panas bisa membuat kita merasa tidak nyaman dan bahkan mengganggu aktivitas sehari-hari. Mengapa hal ini terjadi? Apakah makanan yang salah atau stres yang berlebihan yang menjadi penyebabnya? Untuk menjawabnya, simak lebih lanjut artikel di bawah ini.
Perut terasa panas, apa penyebabnya?
Rasa panas pada perut bisa menjadi masalah umum dan penyebabnya bisa bervariasi. Apa yang sebenarnya menyebabkan sensasi perut terasa panas ini?
1.GERD
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah gangguan pencernaan kronis yang dapat menyebabkan perut terasa panas.
Ketika asam lambung mencapai kerongkongan menyebabkan iritasi dan peradangan, yang menyebabkan sensasi terbakar atau panas di daerah tersebut.
Refluks asam lambung dapat dipicu oleh berbagai faktor seperti makanan pedas, berlemak, alkohol, stres, makan terlalu cepat, dan obesitas. Mengatasi refluks asam lambung melibatkan perubahan pola makan, penghindaran makanan pemicu, dan pengelolaan stres.
Baca Juga: Jaga Pencernaan tetap Sehat, Kenali Ciri-Ciri Asam Lambung yang Naik
2. Kecemasan dan stres
Ketika kita merasa cemas atau stres, tubuh melepaskan hormon kortisol yang dapat memengaruhi sistem pencernaan. Salah satu dampaknya adalah peningkatan produksi asam lambung.
Produksi asam lambung berlebihan dapat merusak dinding lambung dan mencapai kerongkongan. Seringkali asam lambung menyebabkan sensasi terbakar atau panas di perut bagian atas.
Belajar untuk mengelola kecemasan dan stres melalui teknik relaksasi, meditasi, atau konseling dapat membantu mengurangi dampak negatifnya pada sistem pencernaan.
3. Makanan pedas
Capsaicin adalah senyawa kimia yang merangsang reseptor panas di dalam tubuh. Ketika makan makanan pedas, capsaicin berinteraksi dengan reseptor yang dapat membuat tubuh merasakan sensasi panas.
Makanan pedas juga dapat merangsang produksi asam lambung yang berlebihan. Sensasi panas atau terbakar ini bisa sangat mengganggu dan kadang-kadang menyebabkan perut kembung, gas, atau bahkan diare.
Beberapa orang yang memiliki sensitivitas pencernaan atau gangguan pencernaan seperti refluks asam lambung dapat lebih rentan terhadap reaksi ini.
4. Sindrom iritasi usus
Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan pencernaan yang gejalanya berupa perubahan pola buang air besar, kembung, diare, sembelit, dan rasa perih atau panas di perut.
Mengatasi IBS bisa dengan cara melakukan perubahan pola makan, menghindari makanan pencetus, mengelola stres, dan dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter.
Baca Juga: Ingin Bebas dari Sakit Perut? Coba Cara Menghilangkan Sakit Perut dengan Mudah!
5. Gastritis
Peradangan pada dinding lambung atau gastritis disebabkan oleh berbagai faktor termasuk infeksi bakteri helicobacter pylori, penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), konsumsi alkohol berlebihan, stres kronis, dan gangguan autoimun.
Ketika seseorang mengalami gastritis, dinding lambung meradang, dan merusak sel-sel yang memproduksi lendir dan enzim penting untuk pencernaan. Produksi asam lambung meningkat dan menyebabkan sensasi terbakar atau panas di perut.
Gejala gastritis adalah perut terasa panas, nyeri perut, mual, muntah, dan terdapat darah dalam tinja. Makan makanan ringan, menjaga pola makan sehat, dan mengelola stres juga dapat membantu mengatasi gastritis dan mencegah gejala perut terasa panas yang lebih buruk.
Cara mengatasi perut terasa panas
Terdapat beberapa tips untuk mengatasi perut yang terasa panas:
- Hindari langsung tidur setelah makan (untuk penderita GERD)
- Belajar mengelola stres
- Hindari makanan dan minuman yang berpotensi untuk mengiritasi perut
- Batasi konsumsi alkohol
Ketidaknyamanan perut adalah masalah yang dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup dan perhatian pada pola makan. Makanan pedas, stres, gastritis, sindrom iritasi usus, dan refluks asam lambung adalah beberapa faktor yang perlu diwaspadai.
Jika gejala terus berlanjut atau memburuk, konsultasi dengan dokter adalah pilihan yang perlu kamu pertimbangkan. Jangan ragu untuk mencari bantuan jika merasakan panas pada perut atau mengalami ketidaknyamanan yang berkelanjutan.
Referensi:
BAGIKAN